Temukan 7 Manfaat Daun, Jenis & Khasiat yang Jarang Diketahui
Senin, 7 Juli 2025 oleh journal
Beragam tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik dengan karakteristik yang berbeda. Bentuk, ukuran, dan tekstur organ ini bervariasi, bergantung pada spesies tumbuhan dan lingkungannya. Perbedaan ini memengaruhi kegunaannya, mulai dari bahan pangan, obat-obatan tradisional, hingga bahan baku industri. Kandungan senyawa kimia dalam setiap varietas juga menentukan efek biologis yang dihasilkan, sehingga memberikan dampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
"Pemanfaatan bagian tumbuhan sebagai terapi komplementer semakin populer, namun penting untuk diingat bahwa ini bukanlah pengganti pengobatan medis konvensional. Riset yang lebih mendalam diperlukan untuk memahami dosis optimal dan potensi interaksi dengan obat-obatan," ujar Dr. Amelia Wijaya, seorang ahli gizi klinis.
Dr. Wijaya menambahkan, "Masyarakat perlu berhati-hati dalam memilih dan mengolahnya. Konsultasi dengan tenaga medis profesional sangat disarankan sebelum mengonsumsi secara rutin, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan."
Studi ilmiah menunjukkan bahwa berbagai senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, dan terpenoid yang terkandung dalam organ fotosintetik tumbuhan berkontribusi terhadap efek kesehatan yang beragam. Flavonoid, misalnya, dikenal memiliki sifat antioksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Alkaloid tertentu memiliki efek analgesik dan anti-inflamasi, sementara terpenoid dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Meski demikian, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Penggunaan yang bijak, dengan memperhatikan dosis dan metode pengolahan yang tepat, adalah kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal tanpa membahayakan kesehatan.
Jenis Daun dan Manfaatnya
Keragaman jenis daun menawarkan spektrum manfaat yang signifikan. Pemanfaatan yang bijak didasarkan pada pemahaman komposisi kimia dan efek biologisnya.
- Sumber antioksidan
- Efek anti-inflamasi
- Meningkatkan imunitas
- Menurunkan gula darah
- Melancarkan pencernaan
- Detoksifikasi alami
- Menyegarkan kulit
Manfaat-manfaat ini bersumber dari senyawa aktif seperti flavonoid dan terpenoid yang terdapat dalam berbagai jenis daun. Misalnya, daun kelor kaya akan antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan, sementara daun mint membantu meredakan masalah pencernaan. Daun salam, sering digunakan sebagai bumbu, memiliki efek anti-inflamasi. Eksplorasi lebih lanjut terhadap potensi terapeutik berbagai jenis daun terus dilakukan untuk mengungkap manfaat yang lebih luas.
Sumber Antioksidan
Kapasitas tumbuhan dalam memproduksi beragam senyawa kimia menghasilkan organ fotosintetik yang kaya akan antioksidan. Senyawa-senyawa ini, termasuk flavonoid, polifenol, dan vitamin C, berperan penting dalam menetralkan radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan molekul tidak stabil yang dapat merusak sel dan berkontribusi terhadap perkembangan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, kanker, dan penyakit neurodegeneratif. Keberadaan antioksidan dalam organ fotosintetik tumbuhan memberikan mekanisme perlindungan alami terhadap stres oksidatif, sehingga konsumsinya dapat mendukung kesehatan seluler dan mengurangi risiko penyakit terkait usia. Variasi jenis tumbuhan dan kondisi pertumbuhannya memengaruhi kadar dan jenis antioksidan yang terkandung, sehingga pemilihan yang tepat dapat memaksimalkan manfaat perlindungan terhadap kerusakan oksidatif.
Efek Anti-Inflamasi
Peradangan merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi. Namun, peradangan kronis dapat memicu berbagai penyakit, termasuk arthritis, penyakit jantung, dan bahkan kanker. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang mengandung senyawa dengan sifat anti-inflamasi. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menghambat produksi mediator inflamasi, seperti sitokin dan prostaglandin, atau dengan mengaktifkan jalur anti-inflamasi di dalam tubuh. Beberapa contoh senyawa anti-inflamasi yang ditemukan dalam organ fotosintetik tumbuhan termasuk flavonoid, terpenoid, dan asam fenolat. Pemanfaatan organ fotosintetik tumbuhan sebagai agen anti-inflamasi menawarkan pendekatan alami untuk mengelola peradangan dan mengurangi risiko penyakit kronis terkait peradangan. Namun, penting untuk dicatat bahwa efek anti-inflamasi dapat bervariasi tergantung pada jenis tumbuhan, konsentrasi senyawa aktif, dan faktor individu seperti kondisi kesehatan dan dosis yang dikonsumsi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme kerja dan efektivitas klinis dari organ fotosintetik tumbuhan sebagai agen anti-inflamasi.
Meningkatkan Imunitas
Kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Tumbuhan menghasilkan beragam organ fotosintetik yang mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang berkontribusi signifikan dalam meningkatkan fungsi imun. Senyawa-senyawa ini bekerja melalui beberapa mekanisme, termasuk stimulasi produksi sel-sel imun, peningkatan aktivitas sel-sel pembunuh alami (natural killer cells), dan modulasi respons inflamasi. Contohnya, beberapa spesies mengandung polisakarida yang terbukti meningkatkan aktivitas makrofag, sel imun yang berperan penting dalam fagositosis patogen. Selain itu, kandungan vitamin dan mineral, seperti vitamin C dan zinc, juga esensial untuk fungsi optimal sistem kekebalan tubuh. Konsumsi beragam organ fotosintetik tumbuhan, sebagai bagian dari pola makan seimbang, dapat memberikan dukungan nutrisi yang komprehensif untuk memperkuat sistem pertahanan tubuh terhadap berbagai ancaman infeksius.
Menurunkan Gula Darah
Pengelolaan kadar glukosa darah merupakan aspek krusial dalam pencegahan dan pengendalian diabetes mellitus. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang berpotensi membantu menstabilkan kadar gula darah melalui berbagai mekanisme biologis.
- Peningkatan Sensitivitas Insulin
Senyawa tertentu dalam organ fotosintetik tumbuhan dapat meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, hormon yang berperan dalam memasukkan glukosa dari darah ke dalam sel untuk energi. Peningkatan sensitivitas insulin memungkinkan tubuh menggunakan insulin secara lebih efektif, sehingga menurunkan kadar glukosa darah. Misalnya, beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak daun Gymnema sylvestre dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
- Penghambatan Absorpsi Glukosa
Beberapa organ fotosintetik tumbuhan mengandung senyawa yang dapat menghambat penyerapan glukosa di usus. Penghambatan ini memperlambat laju masuknya glukosa ke dalam aliran darah setelah makan, sehingga mencegah lonjakan kadar gula darah yang drastis. Contohnya, serat larut yang terdapat dalam beberapa sayuran berdaun hijau dapat memperlambat penyerapan glukosa dan membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
- Stimulasi Sekresi Insulin
Beberapa organ fotosintetik tumbuhan dapat merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi dan melepaskan lebih banyak insulin. Peningkatan sekresi insulin membantu menurunkan kadar glukosa darah dengan memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel. Namun, mekanisme ini perlu dipelajari lebih lanjut karena dapat memiliki efek yang berbeda pada individu dengan kondisi kesehatan yang berbeda.
- Efek Antioksidan
Stres oksidatif berperan dalam perkembangan resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas. Kandungan antioksidan yang tinggi dalam beberapa organ fotosintetik tumbuhan dapat membantu melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas dan mengurangi stres oksidatif, sehingga mendukung fungsi pankreas dan sensitivitas insulin. Daun kelor, misalnya, kaya akan antioksidan yang dapat membantu melindungi sel beta pankreas dari kerusakan oksidatif.
Pemanfaatan organ fotosintetik tumbuhan sebagai bagian dari strategi pengelolaan diabetes memerlukan pemahaman yang mendalam tentang mekanisme kerja dan potensi interaksi dengan obat-obatan lain. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan sebelum mengonsumsi secara rutin, terutama bagi individu dengan diabetes atau kondisi kesehatan lainnya.
Melancarkan Pencernaan
Fungsi pencernaan yang optimal adalah fondasi kesehatan secara menyeluruh. Organ fotosintetik tumbuhan memainkan peran penting dalam mendukung proses ini, berkontribusi pada kelancaran sistem pencernaan melalui berbagai mekanisme.
- Kandungan Serat Tinggi
Serat, baik larut maupun tidak larut, merupakan komponen penting yang mendukung kesehatan pencernaan. Serat tidak larut menambahkan volume pada tinja, memfasilitasi pergerakannya melalui usus dan mencegah konstipasi. Serat larut, di sisi lain, membentuk gel dalam saluran pencernaan, memperlambat penyerapan gula dan membantu mengatur kadar kolesterol. Organ fotosintetik seperti sayuran berdaun hijau dan beberapa herbal kaya akan serat, sehingga mendukung pergerakan usus yang teratur dan mencegah gangguan pencernaan.
- Efek Prebiotik
Beberapa jenis organ fotosintetik tumbuhan mengandung prebiotik, yaitu serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia tetapi menjadi sumber makanan bagi bakteri baik dalam usus (probiotik). Pertumbuhan bakteri baik ini meningkatkan keseimbangan mikrobiota usus, yang penting untuk pencernaan yang sehat, penyerapan nutrisi, dan sistem kekebalan tubuh yang kuat. Bawang putih dan bawang bombay, meskipun bukan daun sejati, sering digunakan bersama dengan daun-daunan dalam masakan dan memberikan efek prebiotik yang signifikan.
- Senyawa Pemicu Enzim Pencernaan
Beberapa organ fotosintetik tumbuhan mengandung senyawa yang merangsang produksi enzim pencernaan. Enzim-enzim ini membantu memecah makanan menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah diserap oleh tubuh. Misalnya, daun pepaya mengandung enzim papain yang membantu mencerna protein. Konsumsi organ fotosintetik tumbuhan yang mengandung senyawa pemicu enzim pencernaan dapat membantu meningkatkan efisiensi pencernaan dan mengurangi gangguan seperti kembung dan dispepsia.
- Sifat Anti-inflamasi
Peradangan dalam saluran pencernaan dapat mengganggu fungsi pencernaan dan menyebabkan berbagai masalah, seperti sindrom iritasi usus (IBS). Organ fotosintetik tumbuhan yang memiliki sifat anti-inflamasi dapat membantu meredakan peradangan dalam saluran pencernaan dan meningkatkan fungsi pencernaan secara keseluruhan. Misalnya, daun mint mengandung senyawa yang dapat meredakan kejang otot polos di usus dan mengurangi peradangan.
Integrasi organ fotosintetik tumbuhan yang kaya serat, prebiotik, pemicu enzim pencernaan, dan sifat anti-inflamasi ke dalam pola makan sehari-hari merupakan strategi yang efektif untuk mendukung dan meningkatkan kesehatan pencernaan. Namun, perlu diingat bahwa respons individu terhadap jenis tumbuhan tertentu dapat bervariasi, dan konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan untuk mendapatkan rekomendasi yang dipersonalisasi.
Detoksifikasi Alami
Proses pembersihan tubuh dari zat-zat berbahaya, atau detoksifikasi, merupakan fungsi alami yang didukung oleh berbagai organ, termasuk hati dan ginjal. Konsumsi jenis tumbuhan tertentu dapat mengoptimalkan proses ini, membantu tubuh menghilangkan racun dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
- Diuretik Alami
Beberapa spesies memiliki efek diuretik, meningkatkan produksi urin dan membantu ginjal mengeluarkan limbah dan kelebihan cairan. Daun peterseli, misalnya, dikenal karena sifat diuretiknya, mendukung fungsi ginjal dan mengurangi retensi air dalam tubuh.
- Peningkatan Fungsi Hati
Hati memainkan peran sentral dalam detoksifikasi. Beberapa tumbuhan mengandung senyawa yang mendukung fungsi hati, melindungi organ ini dari kerusakan dan meningkatkan kemampuannya untuk memproses dan menghilangkan racun. Daun artichoke, misalnya, mengandung silymarin, senyawa yang telah terbukti melindungi sel-sel hati dan meningkatkan fungsi detoksifikasi.
- Sumber Antioksidan
Radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat merusak sel, merupakan produk sampingan dari metabolisme dan paparan lingkungan. Tumbuhan yang kaya akan antioksidan membantu menetralkan radikal bebas, mengurangi stres oksidatif dan melindungi sel dari kerusakan. Daun teh hijau, misalnya, kaya akan polifenol, antioksidan kuat yang melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.
- Peningkatan Eliminasi Melalui Saluran Pencernaan
Serat, yang banyak ditemukan dalam tumbuhan, membantu membersihkan saluran pencernaan dengan mempromosikan pergerakan usus yang teratur dan menghilangkan limbah. Sayuran berdaun hijau, seperti kale dan bayam, kaya akan serat, mendukung kesehatan pencernaan dan membantu menghilangkan racun melalui feses.
- Dukungan Terhadap Sistem Limfatik
Sistem limfatik memainkan peran penting dalam menghilangkan limbah dan racun dari tubuh. Beberapa tumbuhan dapat membantu meningkatkan fungsi sistem limfatik, meningkatkan aliran limfa dan membantu menghilangkan racun. Daun semanggi merah, misalnya, secara tradisional digunakan untuk mendukung sistem limfatik.
- Pengaturan Keseimbangan pH
Menjaga keseimbangan pH tubuh penting untuk kesehatan yang optimal. Beberapa tumbuhan memiliki efek alkali, membantu menetralkan asam dan meningkatkan keseimbangan pH. Sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan kangkung, memiliki efek alkali dan dapat membantu menetralkan asam dalam tubuh.
Pemanfaatan tumbuhan untuk detoksifikasi alami harus dilakukan dengan bijak dan sebagai bagian dari gaya hidup sehat secara keseluruhan, termasuk diet seimbang, hidrasi yang cukup, dan olahraga teratur. Konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan sebelum memulai program detoksifikasi, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu.
Menyegarkan Kulit
Penggunaan ekstrak tumbuhan dalam perawatan kulit semakin populer, didorong oleh keyakinan akan khasiat alami dan potensi efek samping yang lebih sedikit dibandingkan bahan kimia sintetis. Berbagai spesies menghasilkan organ fotosintetik dengan kandungan senyawa yang dapat memberikan manfaat signifikan untuk kesehatan dan tampilan kulit.
- Sifat Antioksidan untuk Perlindungan Seluler
Radikal bebas, yang dihasilkan oleh paparan sinar UV, polusi, dan stres, dapat merusak sel-sel kulit, menyebabkan penuaan dini, kerutan, dan masalah kulit lainnya. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang kaya akan antioksidan, seperti vitamin C, vitamin E, dan polifenol, yang membantu menetralkan radikal bebas dan melindungi kulit dari kerusakan. Contohnya, ekstrak teh hijau dan daun rosemary sering digunakan dalam produk perawatan kulit karena kandungan antioksidannya yang tinggi.
- Efek Anti-inflamasi untuk Meredakan Iritasi
Peradangan dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, seperti kemerahan, gatal-gatal, dan jerawat. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik dengan sifat anti-inflamasi yang dapat membantu meredakan iritasi dan menenangkan kulit. Contohnya, ekstrak chamomile dan lidah buaya sering digunakan dalam produk perawatan kulit untuk kulit sensitif karena sifat anti-inflamasinya yang lembut.
- Hidrasi dan Pelembap Alami
Kulit yang terhidrasi dengan baik terlihat lebih sehat dan bercahaya. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang mengandung senyawa humektan, yang membantu menarik dan mempertahankan kelembapan di kulit. Contohnya, ekstrak timun dan lidah buaya kaya akan air dan humektan, memberikan efek hidrasi dan menyegarkan pada kulit.
- Eksfoliasi Lembut untuk Regenerasi Sel
Eksfoliasi membantu menghilangkan sel-sel kulit mati, membuka pori-pori, dan merangsang regenerasi sel baru. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang mengandung asam alfa hidroksi (AHA) alami, yang memberikan efek eksfoliasi yang lembut. Contohnya, ekstrak lemon dan tebu mengandung AHA yang dapat membantu menghaluskan tekstur kulit dan meningkatkan tampilan kulit secara keseluruhan.
- Mencerahkan dan Meratakan Warna Kulit
Hiperpigmentasi, seperti bintik-bintik hitam dan melasma, dapat membuat warna kulit tidak merata. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang mengandung senyawa pencerah kulit, seperti vitamin C dan arbutin, yang membantu mengurangi produksi melanin dan meratakan warna kulit. Contohnya, ekstrak licorice dan bearberry sering digunakan dalam produk perawatan kulit untuk mencerahkan kulit dan mengurangi hiperpigmentasi.
- Mengontrol Produksi Minyak Berlebih
Kulit berminyak rentan terhadap jerawat dan komedo. Beberapa tumbuhan menghasilkan organ fotosintetik yang mengandung senyawa astringen, yang membantu mengontrol produksi minyak berlebih dan mengecilkan pori-pori. Contohnya, ekstrak witch hazel dan teh hijau sering digunakan dalam produk perawatan kulit untuk kulit berminyak karena sifat astringennya.
Penggunaan organ fotosintetik tumbuhan dalam perawatan kulit menawarkan pendekatan alami untuk meningkatkan kesehatan dan tampilan kulit. Pemahaman tentang kandungan senyawa dan efek biologis dari masing-masing jenis tumbuhan memungkinkan pemilihan bahan yang tepat untuk mengatasi berbagai masalah kulit dan mencapai kulit yang segar dan bercahaya.
Panduan Optimalisasi Pemanfaatan Organ Fotosintetik Tumbuhan
Pemanfaatan bagian tumbuhan sebagai pendukung kesehatan memerlukan pengetahuan yang tepat. Berikut beberapa panduan untuk memaksimalkan manfaatnya dengan aman dan efektif.
Tip 1: Identifikasi Akurat Spesies Tumbuhan
Tidak semua tumbuhan memiliki profil keamanan dan khasiat yang sama. Pastikan identifikasi spesies dilakukan dengan benar, menggunakan sumber terpercaya seperti buku botani, ahli botani lokal, atau aplikasi identifikasi tumbuhan yang akurat. Kesalahan identifikasi dapat berakibat fatal jika tumbuhan tersebut beracun.
Tip 2: Perhatikan Metode Pengolahan
Cara pengolahan dapat memengaruhi kandungan senyawa aktif dan keamanannya. Perebusan, pengukusan, atau pengeringan dapat mengubah komposisi kimia. Beberapa senyawa mungkin lebih efektif diekstraksi dengan air, sementara yang lain memerlukan pelarut organik. Hindari metode yang dapat merusak senyawa aktif atau menghasilkan senyawa berbahaya.
Tip 3: Perhatikan Dosis yang Tepat
Efek biologis sangat bergantung pada dosis. Konsumsi berlebihan tidak selalu berarti manfaat yang lebih besar, dan justru dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Mulailah dengan dosis rendah dan secara bertahap tingkatkan jika diperlukan, sambil memantau respons tubuh. Konsultasikan dengan ahli herbal atau praktisi kesehatan untuk menentukan dosis yang tepat sesuai kondisi individu.
Tip 4: Pertimbangkan Interaksi dengan Obat-obatan
Senyawa dalam tumbuhan dapat berinteraksi dengan obat-obatan yang diresepkan, mengubah efektivitasnya atau meningkatkan risiko efek samping. Informasikan kepada dokter atau apoteker tentang konsumsi tumbuhan yang Anda lakukan, terutama jika Anda sedang menjalani pengobatan untuk kondisi medis tertentu.
Tip 5: Perhatikan Kontraindikasi
Kondisi kesehatan tertentu, seperti kehamilan, menyusui, alergi, atau penyakit kronis, dapat menjadi kontraindikasi untuk penggunaan tumbuhan tertentu. Hindari penggunaan jika terdapat kontraindikasi yang relevan. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi secara rutin, terutama jika Anda memiliki riwayat medis atau sedang mengonsumsi obat-obatan.
Dengan menerapkan panduan ini, pemanfaatan bagian tumbuhan sebagai pendukung kesehatan dapat dilakukan secara lebih aman dan efektif. Pemahaman yang mendalam tentang spesies, metode pengolahan, dosis, interaksi obat, dan kontraindikasi adalah kunci untuk memaksimalkan manfaatnya sambil meminimalkan risiko.
Bukti Ilmiah dan Studi Kasus
Penelitian ekstensif telah menyoroti potensi terapeutik organ fotosintetik tumbuhan. Studi in vitro dan in vivo telah mengidentifikasi beragam senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek biologis yang teramati. Misalnya, penelitian tentang ekstrak daun Andrographis paniculata menunjukkan aktivitas antivirus yang signifikan, yang berpotensi bermanfaat dalam pengobatan infeksi saluran pernapasan. Studi klinis terkontrol secara acak mendukung temuan ini, menunjukkan pengurangan durasi dan tingkat keparahan gejala pada pasien yang diobati dengan ekstrak tersebut.
Metodologi dalam studi-studi ini umumnya melibatkan isolasi dan karakterisasi senyawa aktif, diikuti dengan pengujian aktivitas biologis dalam kultur sel atau model hewan. Studi klinis menggunakan desain double-blind, plasebo-terkontrol untuk meminimalkan bias. Hasil diukur menggunakan parameter objektif, seperti kadar virus, marker inflamasi, dan skala penilaian gejala. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa beberapa studi memiliki ukuran sampel yang kecil atau rentang waktu yang terbatas, yang membatasi generalisasi temuan.
Terdapat pula perdebatan mengenai dosis optimal dan metode administrasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dosis yang lebih tinggi menghasilkan efek yang lebih kuat, sementara yang lain menemukan bahwa dosis rendah sudah cukup untuk memberikan manfaat terapeutik. Selain itu, terdapat perdebatan mengenai efektivitas formulasi yang berbeda, seperti ekstrak versus preparat herbal utuh. Perbedaan dalam metodologi penelitian dan karakteristik populasi studi dapat berkontribusi pada variabilitas hasil.
Evaluasi kritis terhadap bukti ilmiah sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat tentang pemanfaatan organ fotosintetik tumbuhan. Pertimbangkan metodologi penelitian, ukuran sampel, dan potensi bias. Konsultasikan dengan profesional kesehatan yang berkualifikasi sebelum menggunakan sebagai terapi komplementer, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.