Ketahui 7 Manfaat Daun Seledri, Sehat yang Wajib Kamu Intip!

Minggu, 15 Juni 2025 oleh journal

Ketahui 7 Manfaat Daun Seledri, Sehat yang Wajib Kamu Intip!

Sayuran hijau dengan aroma khas ini menawarkan beragam kebaikan untuk tubuh. Kandungan nutrisinya, seperti vitamin, mineral, dan antioksidan, berperan penting dalam menjaga fungsi organ dan sistem tubuh. Konsumsi rutin dikaitkan dengan potensi perlindungan terhadap penyakit tertentu serta peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Konsumsi seledri sebagai bagian dari pola makan seimbang dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Meskipun bukan merupakan obat tunggal, kandungan nutrisinya mendukung berbagai fungsi tubuh dan berpotensi mengurangi risiko penyakit tertentu. Penting untuk diingat, konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan perubahan signifikan pada diet Anda, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan."

- Dr. Amelia Sari, Spesialis Gizi Klinik

Seledri, sayuran hijau renyah yang sering digunakan sebagai pelengkap masakan, ternyata menyimpan potensi manfaat kesehatan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa aktif di dalamnya.

Senyawa seperti apigenin dan luteolin, yang termasuk dalam golongan flavonoid, memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi. Antioksidan membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, sementara sifat anti-inflamasi dapat meredakan peradangan yang menjadi pemicu berbagai penyakit kronis. Selain itu, seledri juga mengandung phthalides, senyawa yang berpotensi membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan seratnya juga berperan dalam menjaga kesehatan pencernaan.

Untuk mendapatkan manfaatnya, seledri dapat dikonsumsi secara langsung sebagai lalapan, ditambahkan ke dalam sup atau salad, atau diolah menjadi jus. Namun, perlu diperhatikan bahwa beberapa orang mungkin mengalami alergi terhadap seledri. Konsumsi dalam jumlah moderat, sekitar satu hingga dua batang per hari, umumnya dianggap aman bagi kebanyakan orang. Penting untuk mencuci bersih seledri sebelum dikonsumsi untuk menghilangkan kotoran dan residu pestisida.

Manfaat Daun Seledri bagi Kesehatan

Daun seledri, sering dianggap hanya sebagai hiasan, menyimpan potensi manfaat kesehatan yang signifikan. Beragam kandungan nutrisinya berkontribusi pada berbagai aspek kesejahteraan tubuh.

  • Menurunkan tekanan darah
  • Melawan peradangan
  • Kaya antioksidan
  • Mendukung pencernaan
  • Menjaga hidrasi
  • Sumber vitamin K
  • Berpotensi antikanker

Kandungan phthalides dalam seledri berpotensi merelaksasi otot polos arteri, sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Sifat anti-inflamasi dari flavonoid dapat meredakan peradangan kronis yang terkait dengan berbagai penyakit. Antioksidan melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas, sementara seratnya mendukung kesehatan usus. Vitamin K esensial untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Penelitian awal menunjukkan potensi seledri dalam menghambat pertumbuhan sel kanker, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Menurunkan Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Pengelolaan tekanan darah melalui pola makan sehat menjadi strategi penting dalam pencegahan dan pengendalian kondisi ini. Konsumsi sayuran tertentu, termasuk seledri, berpotensi memberikan kontribusi positif dalam menjaga tekanan darah dalam rentang normal.

  • Kandungan Phthalides

    Seledri mengandung senyawa phthalides, yang diyakini memiliki efek relaksasi pada otot polos arteri. Relaksasi ini dapat memperlebar pembuluh darah, memungkinkan darah mengalir lebih lancar dan menurunkan tekanan darah secara keseluruhan. Beberapa penelitian awal menunjukkan adanya penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada individu yang mengonsumsi ekstrak seledri secara teratur.

  • Efek Diuretik Ringan

    Seledri memiliki sifat diuretik ringan, yang berarti dapat membantu tubuh membuang kelebihan cairan melalui urine. Pengurangan volume cairan dalam tubuh dapat berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Meskipun efek diuretiknya tidak sekuat obat diuretik, namun tetap memberikan dampak positif sebagai bagian dari pola makan sehat.

  • Kandungan Kalium

    Kalium adalah mineral penting yang berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit dan tekanan darah. Seledri mengandung kalium, meskipun dalam jumlah yang tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan buah dan sayuran lain. Konsumsi kalium yang cukup dapat membantu menyeimbangkan efek natrium dalam tubuh, sehingga mendukung tekanan darah yang sehat.

  • Kombinasi dengan Gaya Hidup Sehat

    Penting untuk dicatat bahwa konsumsi seledri saja tidak dapat menggantikan pengobatan medis untuk tekanan darah tinggi. Namun, sebagai bagian dari pola makan sehat dan gaya hidup aktif, seledri dapat memberikan dukungan tambahan dalam pengelolaan tekanan darah. Kombinasi konsumsi seledri dengan diet rendah garam, olahraga teratur, dan manajemen stres dapat memberikan hasil yang lebih optimal.

Dengan demikian, potensi seledri dalam membantu menurunkan tekanan darah terkait erat dengan kandungan phthalides, efek diuretik ringan, dan kandungan kaliumnya. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa seledri bukanlah obat tunggal dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari pendekatan holistik terhadap kesehatan jantung.

Melawan Peradangan

Peradangan kronis merupakan akar dari berbagai penyakit degeneratif. Kemampuan suatu bahan alami untuk meredakan peradangan menjadi faktor penting dalam mendukung kesehatan secara menyeluruh. Komponen aktif dalam sayuran hijau ini menunjukkan potensi dalam modulasi respons inflamasi tubuh.

  • Kandungan Antioksidan Flavonoid

    Seledri kaya akan flavonoid, terutama apigenin dan luteolin, yang memiliki sifat antioksidan kuat. Antioksidan membantu menetralkan radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat memicu kerusakan sel dan peradangan. Dengan meredam aktivitas radikal bebas, flavonoid berkontribusi pada penurunan tingkat peradangan sistemik.

  • Inhibisi Jalur Inflamasi

    Beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa ekstrak seledri dapat menghambat jalur inflamasi tertentu, seperti jalur siklooksigenase (COX) dan lipoksigenase (LOX). Jalur-jalur ini terlibat dalam produksi molekul pro-inflamasi seperti prostaglandin dan leukotrien. Penghambatan jalur ini dapat membantu mengurangi gejala peradangan, seperti nyeri dan pembengkakan.

  • Pengaruh pada Mediator Inflamasi

    Komponen dalam seledri berpotensi memengaruhi produksi dan aktivitas mediator inflamasi lainnya, seperti sitokin (misalnya, TNF- dan IL-6). Sitokin adalah protein sinyal yang memainkan peran penting dalam respons imun dan peradangan. Modulasi sitokin dapat membantu menyeimbangkan respons imun dan mencegah peradangan berlebihan.

  • Perlindungan terhadap Kerusakan Sel

    Peradangan kronis dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Sifat antioksidan dan anti-inflamasi seledri dapat membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif dan inflamasi. Perlindungan ini penting untuk menjaga integritas jaringan dan mencegah perkembangan penyakit kronis.

Dengan demikian, kemampuan melawan peradangan pada seledri berasal dari kombinasi kandungan antioksidan flavonoid, inhibisi jalur inflamasi, pengaruh pada mediator inflamasi, dan perlindungan terhadap kerusakan sel. Efek sinergis dari komponen-komponen ini berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap pencegahan dan pengelolaan penyakit yang terkait dengan peradangan.

Kaya antioksidan

Kandungan antioksidan yang melimpah dalam sayuran ini memiliki peran krusial dalam memberikan dampak positif bagi tubuh. Antioksidan bekerja dengan menetralkan radikal bebas, molekul tidak stabil yang dihasilkan selama proses metabolisme normal dan akibat paparan lingkungan seperti polusi dan radiasi. Radikal bebas dapat merusak sel-sel tubuh melalui proses yang disebut stres oksidatif, yang berkontribusi pada penuaan dini dan perkembangan berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, kanker, dan penyakit neurodegeneratif.

Kehadiran antioksidan, seperti flavonoid (terutama apigenin dan luteolin), vitamin C, dan beta-karoten, di dalam seledri memberikan perlindungan terhadap kerusakan sel akibat stres oksidatif. Flavonoid, sebagai contoh, memiliki struktur kimia yang memungkinkan mereka mendonorkan elektron ke radikal bebas, sehingga menstabilkannya dan mencegahnya merusak molekul lain. Vitamin C berperan sebagai antioksidan larut air, bekerja di dalam cairan tubuh untuk melindungi sel dari kerusakan. Sementara itu, beta-karoten, prekursor vitamin A, juga memiliki sifat antioksidan dan berkontribusi pada kesehatan mata dan sistem imun.

Dengan menetralkan radikal bebas, antioksidan membantu mengurangi peradangan, melindungi DNA dari kerusakan, dan mendukung sistem imun. Konsumsi makanan yang kaya antioksidan, seperti seledri, dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan secara keseluruhan, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendukung fungsi tubuh yang optimal. Penting untuk dicatat bahwa efek antioksidan ini bekerja secara sinergis dengan nutrisi lain yang terkandung di dalamnya, menjadikan seledri sebagai bagian berharga dari pola makan sehat.

Mendukung Pencernaan

Sayuran renyah ini berkontribusi positif terhadap sistem pencernaan melalui beberapa mekanisme. Kandungan seratnya, meskipun tidak sebanyak sayuran lain, berperan penting dalam menjaga kelancaran proses pencernaan. Serat membantu meningkatkan volume tinja, mempermudah pergerakannya melalui usus, dan mencegah konstipasi. Selain itu, serat juga berfungsi sebagai prebiotik, yaitu makanan bagi bakteri baik dalam usus (mikrobiota usus). Mikrobiota usus yang sehat sangat penting untuk berbagai fungsi, termasuk pencernaan makanan, penyerapan nutrisi, dan produksi vitamin.

Selain serat, kandungan air yang tinggi dalam sayuran ini juga mendukung hidrasi yang optimal, yang esensial untuk pencernaan yang efisien. Air membantu melunakkan tinja dan memfasilitasi pergerakannya. Beberapa senyawa dalam sayuran ini juga diyakini memiliki efek karminatif, yaitu membantu mengurangi produksi gas dalam saluran pencernaan, sehingga meredakan kembung dan ketidaknyamanan. Enzim alami yang terdapat di dalamnya dapat membantu memecah makanan, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Dengan demikian, konsumsi sayuran ini sebagai bagian dari pola makan seimbang dapat memberikan dukungan yang signifikan bagi kesehatan pencernaan. Kombinasi serat, air, efek karminatif potensial, dan enzim alami bekerja secara sinergis untuk menjaga kelancaran, efisiensi, dan kesehatan sistem pencernaan. Namun, perlu diingat bahwa respons individu terhadap makanan dapat bervariasi, dan konsultasi dengan profesional kesehatan disarankan jika mengalami masalah pencernaan yang persisten.

Menjaga Hidrasi

Kecukupan cairan merupakan fondasi penting bagi fungsi optimal tubuh. Setiap sel, jaringan, dan organ bergantung pada hidrasi yang adekuat untuk menjalankan perannya dengan efisien. Sayuran hijau ini, dengan kandungan air yang signifikan, berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan cairan harian dan mendukung berbagai proses fisiologis. Air berperan dalam mengatur suhu tubuh, melancarkan transportasi nutrisi dan oksigen ke sel, membuang limbah metabolisme, serta melumasi sendi. Dehidrasi, sebaliknya, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari kelelahan dan sakit kepala hingga gangguan pencernaan dan penurunan fungsi kognitif.

Kontribusi sayuran ini terhadap hidrasi melengkapi sumber cairan lain seperti air minum, buah-buahan, dan minuman lainnya. Teksturnya yang renyah dan rasa yang segar membuatnya menjadi pilihan yang menyegarkan untuk dikonsumsi langsung sebagai camilan, ditambahkan ke dalam salad, atau diolah menjadi jus. Kandungan elektrolitnya, seperti kalium dan natrium, juga berperan dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, terutama penting selama aktivitas fisik atau cuaca panas. Dengan memasukkan sayuran ini ke dalam diet, individu dapat meningkatkan asupan cairan secara keseluruhan dan mendukung hidrasi yang optimal, yang pada gilirannya berkontribusi pada berbagai aspek kesehatan dan kesejahteraan.

Sumber Vitamin K

Vitamin K, nutrisi esensial yang larut dalam lemak, memainkan peran krusial dalam berbagai proses fisiologis. Keberadaannya dalam sayuran ini berkontribusi signifikan terhadap profil kesehatan yang ditawarkan.

  • Pembekuan Darah yang Optimal

    Fungsi utama vitamin K adalah dalam proses pembekuan darah. Ia bertindak sebagai kofaktor bagi enzim yang terlibat dalam sintesis faktor pembekuan, protein yang diperlukan untuk menghentikan pendarahan. Asupan vitamin K yang cukup memastikan pembekuan darah berlangsung normal, mencegah pendarahan berlebihan akibat luka atau cedera. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah dan meningkatkan risiko pendarahan.

  • Kesehatan Tulang yang Kuat

    Vitamin K juga berperan penting dalam kesehatan tulang. Ia mendukung osteokalsin, protein yang membantu mengikat kalsium ke tulang, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengurangi risiko osteoporosis. Asupan vitamin K yang adekuat berkontribusi pada pencegahan kerapuhan tulang dan mengurangi risiko patah tulang, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.

  • Peran dalam Fungsi Seluler

    Selain pembekuan darah dan kesehatan tulang, vitamin K terlibat dalam berbagai fungsi seluler lainnya, termasuk pertumbuhan sel dan metabolisme energi. Ia bertindak sebagai antioksidan, melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin K juga berperan dalam sintesis sphingolipid, molekul penting yang membentuk membran sel.

  • Ketersediaan Hayati Vitamin K

    Vitamin K dalam sayuran ini umumnya hadir dalam bentuk filokuinon (vitamin K1), yang memiliki ketersediaan hayati yang baik. Artinya, tubuh dapat menyerap dan menggunakan vitamin K1 secara efisien. Proses memasak, seperti merebus atau mengukus, dapat meningkatkan ketersediaan hayati vitamin K dari sayuran ini.

Dengan demikian, keberadaan vitamin K dalam sayuran ini menjadikannya sumber nutrisi yang berharga untuk mendukung pembekuan darah yang optimal, kesehatan tulang yang kuat, dan fungsi seluler yang penting. Konsumsi rutin sayuran ini sebagai bagian dari pola makan seimbang dapat membantu memastikan asupan vitamin K yang cukup dan berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan.

Berpotensi Antikanker

Studi awal menunjukkan bahwa senyawa aktif dalam sayuran ini mungkin memiliki aktivitas antikanker. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia, hasil laboratorium dan studi pada hewan memberikan petunjuk tentang mekanisme potensial yang mendasari efek tersebut.

  • Apigenin dan Luteolin: Modulasi Siklus Sel dan Apoptosis

    Apigenin dan luteolin, dua flavonoid utama dalam sayuran ini, telah terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker dalam kultur sel. Senyawa ini tampaknya bekerja dengan memodulasi siklus sel, mencegah sel kanker membelah dan berkembang biak. Selain itu, apigenin dan luteolin dapat memicu apoptosis, atau kematian sel terprogram, pada sel kanker, membantu menghilangkan sel-sel abnormal dari tubuh.

  • Phthalides: Induksi Detoksifikasi Enzim

    Phthalides, senyawa aromatik yang memberikan aroma khas pada sayuran ini, berpotensi menginduksi enzim detoksifikasi di hati. Enzim-enzim ini membantu memetabolisme dan menghilangkan karsinogen dari tubuh, mengurangi risiko kerusakan DNA dan perkembangan kanker. Dengan meningkatkan kemampuan tubuh untuk membersihkan diri dari zat-zat berbahaya, phthalides dapat memberikan perlindungan tambahan terhadap kanker.

  • Aktivitas Antioksidan: Perlindungan Terhadap Kerusakan DNA

    Kandungan antioksidan dalam sayuran ini, termasuk vitamin C dan flavonoid, membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak DNA, meningkatkan risiko mutasi dan perkembangan kanker. Dengan menetralkan radikal bebas, antioksidan membantu menjaga integritas DNA dan mengurangi risiko kanker.

  • Pengaruh pada Angiogenesis: Hambatan Pertumbuhan Tumor

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa dalam sayuran ini dapat menghambat angiogenesis, yaitu pembentukan pembuluh darah baru yang memasok nutrisi ke tumor. Dengan mencegah angiogenesis, senyawa ini dapat membatasi pertumbuhan tumor dan metastasis (penyebaran kanker ke bagian tubuh lain).

  • Studi Epidemiologi: Korelasi dengan Penurunan Risiko Kanker

    Meskipun penelitian klinis pada manusia masih terbatas, beberapa studi epidemiologi menunjukkan adanya korelasi antara konsumsi sayuran, termasuk sayuran ini, dengan penurunan risiko kanker tertentu, seperti kanker usus besar dan kanker prostat. Studi-studi ini memberikan dukungan lebih lanjut untuk potensi antikanker sayuran ini, meskipun diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat.

  • Potensi Kombinasi dengan Terapi Kanker Konvensional

    Penelitian sedang berlangsung untuk mengeksplorasi potensi sayuran ini sebagai terapi tambahan untuk kanker. Senyawa aktif di dalamnya mungkin dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi dan radioterapi, atau mengurangi efek samping dari perawatan ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa sayuran ini tidak boleh digunakan sebagai pengganti terapi kanker konvensional yang direkomendasikan oleh dokter.

Dengan demikian, potensi antikanker sayuran ini didukung oleh berbagai mekanisme potensial, termasuk modulasi siklus sel, induksi detoksifikasi enzim, aktivitas antioksidan, dan pengaruh pada angiogenesis. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi efek ini pada manusia, hasil studi awal memberikan harapan untuk peran sayuran ini dalam pencegahan dan pengobatan kanker. Konsumsi sayuran ini sebagai bagian dari pola makan sehat dan gaya hidup aktif dapat berkontribusi pada pengurangan risiko kanker secara keseluruhan.

Tips Memaksimalkan Potensi Kesehatannya

Berikut adalah beberapa panduan praktis untuk mengoptimalkan asupan dan mendapatkan manfaat maksimal dari sayuran ini.

Tip 1: Pilih yang Segar dan Berkualitas
Prioritaskan pembelian yang berwarna hijau cerah, batang yang kokoh, dan daun yang tidak layu. Hindari yang menunjukkan tanda-tanda memar, perubahan warna, atau aroma yang tidak sedap. Kualitas produk secara langsung memengaruhi kandungan nutrisi dan cita rasanya.

Tip 2: Cuci Bersih Sebelum Dikonsumsi
Cuci di bawah air mengalir untuk menghilangkan kotoran, tanah, dan residu pestisida. Gosok dengan sikat lembut jika diperlukan. Proses pencucian yang menyeluruh penting untuk keamanan konsumsi.

Tip 3: Konsumsi Secara Rutin dan Bervariasi
Integrasikan ke dalam menu harian, misalnya sebagai lalapan, tambahan dalam sup atau salad, atau bahan dasar jus. Variasi cara konsumsi membantu mencegah kebosanan dan memastikan asupan nutrisi yang seimbang.

Tip 4: Perhatikan Potensi Interaksi Obat
Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, terutama pengencer darah. Sayuran ini dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat, memengaruhi efektivitas atau meningkatkan risiko efek samping.

Tip 5: Simpan dengan Benar untuk Mempertahankan Kesegaran
Simpan dalam wadah kedap udara di lemari es. Bungkus dengan kertas tisu basah untuk membantu mempertahankan kelembapan. Penyimpanan yang tepat memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas nutrisi.

Dengan mengikuti panduan ini, individu dapat memaksimalkan potensi manfaat kesehatan dari sayuran ini sebagai bagian dari gaya hidup sehat secara keseluruhan.

Bukti Ilmiah dan Studi Kasus

Evaluasi empiris terhadap dampak konsumsi sayuran hijau renyah ini terhadap kondisi fisiologis manusia terus berkembang. Beberapa studi observasional dan eksperimen terkontrol memberikan gambaran tentang potensi efeknya terhadap kesehatan kardiovaskular, inflamasi, dan aspek lainnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar penelitian masih bersifat awal dan memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis skala besar.

Sebagai contoh, sebuah studi kecil yang diterbitkan dalam Journal of Human Hypertension meneliti efek ekstrak sayuran ini pada tekanan darah sistolik dan diastolik pada sekelompok individu dengan hipertensi ringan hingga sedang. Hasilnya menunjukkan penurunan signifikan pada kedua parameter tekanan darah setelah beberapa minggu konsumsi ekstrak. Meskipun menjanjikan, ukuran sampel yang kecil dan desain studi yang terbatas membatasi generalisasi temuan ini. Studi lain, yang dipublikasikan dalam Journal of Medicinal Food, menyelidiki efek anti-inflamasi senyawa aktif dalam sayuran ini pada model seluler peradangan. Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat menghambat produksi mediator inflamasi, seperti sitokin dan prostaglandin. Namun, penelitian in vitro semacam itu tidak selalu diterjemahkan secara langsung ke efek in vivo pada manusia.

Terdapat pula perdebatan mengenai dosis optimal dan metode konsumsi untuk mendapatkan manfaat maksimal dari sayuran ini. Beberapa ahli menganjurkan konsumsi rutin sebagai bagian dari diet seimbang, sementara yang lain merekomendasikan penggunaan ekstrak terkonsentrasi untuk efek terapeutik yang lebih kuat. Selain itu, terdapat pula kekhawatiran mengenai potensi alergi dan interaksi obat, yang menekankan pentingnya konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum melakukan perubahan signifikan pada diet.

Sebagai konsumen informasi kesehatan, pembaca didorong untuk terlibat secara kritis dengan bukti yang ada. Evaluasi sumber, metodologi penelitian, dan keterbatasan studi sangat penting dalam menafsirkan hasil dan membuat keputusan yang tepat mengenai konsumsi sayuran ini. Penelitian lebih lanjut, khususnya uji klinis terkontrol dengan ukuran sampel yang lebih besar dan desain yang lebih ketat, diperlukan untuk mengkonfirmasi manfaat dan risiko potensialnya bagi kesehatan manusia.