Inilah Berkat Kebijakan Trump, RI Jadi Incaran Investor Global peluang investasi semakin terbuka
Kamis, 29 Mei 2025 oleh journal
Berkat Mr. Trump, Indonesia Jadi Magnet Investor Global!
Pasar keuangan negara berkembang (emerging markets) kini semakin menarik perhatian investor global, dan Indonesia termasuk di dalamnya! Hal ini terbukti dengan derasnya aliran dana asing yang masuk, baik ke pasar saham maupun instrumen investasi lainnya.
Berdasarkan data dari Refinitiv, Emerging Market Index (EM Index) menunjukkan tren positif. Pada 9 April 2025, indeks ini berada di angka 306,29, kemudian melonjak menjadi 355,02 pada 27 Mei 2025. Kenaikan EM Index ini terjadi bersamaan dengan melemahnya indeks dolar AS (DXY), yang terkoreksi dari 102,9 menjadi 99,52 pada periode yang sama.
Apa sebenarnya EM Index itu? Sederhananya, EM Index adalah indeks gabungan yang mencerminkan kinerja pasar saham di negara-negara berkembang, seperti Brasil dan Indonesia. Jika EM Index naik, itu berarti harga saham di negara-negara berkembang secara umum sedang mengalami kenaikan.
Kenaikan EM Index ini mengindikasikan sentimen positif dari investor terhadap pasar negara berkembang. Ada beberapa faktor yang memicu hal ini, seperti fundamental ekonomi yang membaik, masuknya modal asing, pelemahan dolar AS, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan.
Namun, penting untuk diingat bahwa pasar negara berkembang tetap memiliki risiko yang perlu diwaspadai. Beberapa di antaranya adalah ketidakstabilan politik, fluktuasi nilai tukar, serta ketergantungan pada harga komoditas dan kebijakan suku bunga global. Meskipun demikian, secara keseluruhan, kenaikan EM Index ini menunjukkan bahwa minat dan kepercayaan pasar terhadap potensi pertumbuhan jangka menengah dan panjang di negara-negara berkembang semakin meningkat.
Rupiah dan IHSG Ikut Unjuk Gigi
Selain EM Index yang positif, Rupiah dan IHSG juga mencatatkan kinerja yang membanggakan. Sejak 9 April hingga 27 Mei 2025, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS menguat sebesar 3,5%. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melonjak signifikan, yaitu sebesar 20,62% pada periode yang sama.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, menjelaskan bahwa penguatan Rupiah ini tidak lepas dari melemahnya dolar AS.
"Dolar sekarang juga melemah karena baru di-downgrade kemarin sama Moody's dan rating agency lain lagi dan mereka mengalami twin deficit, di budget dan neraca dagang," papar Destry dalam Outlook Ekonomi DPR bertajuk 'Indonesia Menjawab Tantangan Ekonomi Global', Selasa (20/5/2025).
Downgrade dari Moody's terhadap utang AS ini dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal Presiden AS, Donald Trump. Kebijakan ini menciptakan ketidakpastian di AS, sehingga mendorong aliran modal dari AS kembali masuk ke emerging market dan instrumen emas.
"Ini tercermin di Indonesia ada inflow ke SBN, saham dan beberapa masuk ke SRBI," kata Destry.
Bahkan, Destry mengklaim bahwa volatilitas nilai tukar Rupiah semakin mereda dibandingkan negara lain. "Ini mencerminkan kestabilan Rupiah yang relatif membuat adanya confidence dan jadi dasar kuat Bapak dan Ibu kalau mau bisnis tentu dibutuhkan stabilitas," ujarnya.
Sentimen positif juga datang ke pasar saham domestik setelah meredanya kekhawatiran soal tarif impor dagang AS dengan China, ditambah dengan masuknya dana asing yang cukup besar.
Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.
Presiden AS, Donald Trump, memuji perjanjian tersebut sebagai bukti bahwa strategi tarif agresifnya membuahkan hasil, setelah AS membuat perjanjian awal dengan Inggris dan sekarang dengan China.
"Mereka telah setuju untuk membuka China sepenuhnya, dan saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi China, saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi kita," kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Selasa (13/4/2025).
Selain itu, derasnya arus dana asing ke pasar keuangan domestik juga mendorong berbagai instrumen investasi di Indonesia.
Bank Indonesia merilis data transaksi 19-22 Mei 2025, yang menunjukkan bahwa investor asing secara agregat mencatatkan beli neto sebesar Rp14,73 triliun. Pembelian tersebut terbagi menjadi Rp1,54 triliun di pasar saham dan Rp14,13 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tercatat jual bersih sebesar Rp0,95 triliun. Catatan inflow sebesar Rp14,73 triliun ini merupakan yang tertinggi sejak pekan ketiga September (17-19 September 2024) atau sebelum era Presiden Prabowo. Artinya, net inflow pekan ini adalah yang terbesar di era Prabowo.
Inflow melonjak ke Emerging Markets, termasuk Indonesia, dalam dua pekan terakhir. Lonjakan dana asing yang masuk ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan pemerintahan Trump, terutama terkait pajak. Defisit pemerintah AS yang melonjak juga membuat investor melepas investasi berdenominasi dolar AS. Hal ini tercermin dari anjloknya indeks dolar dan melesatnya imbal hasil US Treasury.
Tertarik untuk ikut menikmati manisnya investasi di pasar berkembang seperti Indonesia? Yuk, simak beberapa tips berikut ini yang bisa membantu kamu memaksimalkan potensi keuntungan dan meminimalkan risiko:
1. Diversifikasi Portofolio Investasi - Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang! Sebarkan investasi kamu ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lainnya. Dengan diversifikasi, risiko kerugian bisa diminimalkan jika salah satu instrumen mengalami penurunan. Misalnya, kamu bisa mengalokasikan dana ke saham perusahaan teknologi, obligasi pemerintah, dan reksa dana pasar uang.
Diversifikasi juga bisa dilakukan antar negara. Jangan hanya fokus berinvestasi di Indonesia, tapi juga pertimbangkan negara berkembang lainnya yang memiliki potensi pertumbuhan menarik.
2. Lakukan Riset Mendalam - Sebelum berinvestasi, luangkan waktu untuk melakukan riset mendalam tentang perusahaan atau instrumen investasi yang kamu incar. Pelajari laporan keuangan, prospek bisnis, dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kinerja investasi. Misalnya, jika ingin membeli saham perusahaan properti, cari tahu proyek-proyek yang sedang dikerjakan, tingkat penjualan, dan utang perusahaan.
Jangan hanya mengandalkan rekomendasi dari orang lain. Pastikan kamu memahami betul apa yang kamu investasikan.
3. Pantau Kondisi Ekonomi Global dan Domestik - Kondisi ekonomi global dan domestik dapat memengaruhi kinerja investasi kamu. Ikuti perkembangan berita ekonomi, kebijakan pemerintah, dan tren pasar. Misalnya, jika suku bunga acuan BI naik, harga obligasi bisa turun. Atau, jika ada perang dagang antara AS dan China, pasar saham bisa bergejolak.
Dengan memantau kondisi ekonomi, kamu bisa mengambil keputusan investasi yang lebih tepat dan cepat.
4. Pertimbangkan Investasi Jangka Panjang - Investasi di pasar berkembang seringkali membutuhkan kesabaran. Jangan berharap keuntungan instan dalam waktu singkat. Pertimbangkan untuk berinvestasi dalam jangka panjang, minimal 3-5 tahun. Misalnya, jika kamu berinvestasi di saham perusahaan startup, butuh waktu bagi perusahaan tersebut untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan yang signifikan.
Dengan investasi jangka panjang, kamu bisa melewati fluktuasi pasar dan menikmati potensi pertumbuhan yang lebih besar.
5. Gunakan Jasa Penasihat Keuangan - Jika kamu merasa kesulitan untuk mengelola investasi sendiri, jangan ragu untuk menggunakan jasa penasihat keuangan profesional. Mereka dapat membantu kamu membuat rencana investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko kamu. Misalnya, seorang penasihat keuangan bisa membantu kamu memilih reksa dana yang tepat, mengelola portofolio investasi, dan memberikan saran tentang strategi investasi yang optimal.
Pastikan kamu memilih penasihat keuangan yang memiliki lisensi dan reputasi yang baik.
Apa saja faktor utama yang membuat Indonesia menarik bagi investor asing menurut Pak Budi?
Menurut Bapak Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, Indonesia memiliki beberapa daya tarik utama bagi investor asing. Pertama, fundamental ekonomi yang terus membaik. Kedua, potensi pertumbuhan ekonomi yang besar. Ketiga, stabilitas politik dan keamanan yang terjaga. Dan keempat, dukungan pemerintah yang kuat terhadap investasi.
Bagaimana pendapat Ibu Susi tentang dampak kebijakan tarif Presiden Trump terhadap pasar keuangan Indonesia?
Ibu Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, berpendapat bahwa kebijakan tarif Presiden Trump, meskipun awalnya menimbulkan kekhawatiran, justru dapat menjadi berkah tersembunyi bagi Indonesia. Kebijakan tersebut mendorong investor untuk mencari alternatif investasi di negara berkembang seperti Indonesia, yang memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi.
Instrumen investasi apa yang paling direkomendasikan oleh Mas Sandiaga Uno saat kondisi inflow dana asing meningkat?
Menurut Bapak Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat kondisi inflow dana asing meningkat, instrumen investasi yang paling direkomendasikan adalah saham dan Surat Berharga Negara (SBN). Saham menawarkan potensi keuntungan yang tinggi, sementara SBN memberikan stabilitas dan keamanan.
Apa saran dari Mbak Sri Mulyani agar investor lokal juga bisa memanfaatkan momentum positif ini?
Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, menyarankan agar investor lokal juga memanfaatkan momentum positif ini dengan berinvestasi secara cerdas dan hati-hati. Lakukan riset mendalam, diversifikasi portofolio, dan konsultasikan dengan penasihat keuangan jika diperlukan. Jangan terpancing oleh euforia pasar dan selalu berinvestasi sesuai dengan profil risiko masing-masing.