Inilah Gelombang PHK Menerjang, Berapa Tabungan Ideal untuk Bertahan di Masa Sulit? agar tetap tenang dan aman

Senin, 12 Mei 2025 oleh journal

Inilah Gelombang PHK Menerjang, Berapa Tabungan Ideal untuk Bertahan di Masa Sulit? agar tetap tenang dan aman

Petaka PHK Mengintai: Sudah Siapkah Tabunganmu?

Kabar kurang sedap terus berhembus: gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menjadi momok menakutkan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global seperti sekarang. Memiliki strategi keuangan yang matang tentu jadi kunci untuk menghadapi situasi ini.

Data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat, dari Januari hingga 23 April 2025, sudah ada 24.036 kasus PHK. Jawa Tengah menjadi provinsi dengan angka PHK tertinggi, mencapai 10.692 orang, jauh melampaui DKI Jakarta yang mencatat 4.649 kasus. Angka ini tentu menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Salah satu langkah paling krusial adalah mempersiapkan tabungan atau dana darurat. Seberapa besar dana darurat yang ideal? Mari kita simak penjelasan dari ahli perencanaan keuangan.

Menghitung Dana Darurat: Kunci Ketenangan di Masa Sulit

Tejasari, seorang perencana keuangan dari Tatadana Consulting, menekankan pentingnya persiapan finansial. Langkah pertama, kata Tejasari, adalah menghitung total pengeluaran rutin bulanan, termasuk cicilan utang.

"Misalnya, pengeluaran bulanan kita Rp 5 juta. Idealnya, kita punya dana darurat minimal tiga kali lipat pengeluaran bulanan, yaitu Rp 15 juta. Ini memberi kita waktu sekitar tiga bulan untuk mencari pekerjaan baru. Tentu saja, semakin besar dana darurat, semakin tenang kita," ujar Tejasari, seperti dikutip dari detikcom.

Menurut Tejasari, memiliki dana darurat sebesar enam kali pengeluaran bulanan akan jauh lebih baik. Dengan dana yang lebih besar, kita memiliki waktu lebih leluasa untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kualifikasi.

Berapa Jumlah Tabungan yang Ideal?

Jumlah tabungan ideal sebenarnya sangat bergantung pada besaran dana darurat yang kita targetkan. Jika merasa cukup dengan dana darurat tiga bulan pengeluaran, maka tabungan kita pun bisa disesuaikan dengan angka tersebut. Begitu pula jika kita menargetkan dana darurat enam bulan pengeluaran.

Berhemat: Jurus Jitu di Tengah Ancaman PHK

Di tengah maraknya PHK, Tejasari mengingatkan pentingnya berhemat, terutama jika dana darurat kita belum mencukupi. Ia menyarankan untuk memangkas pengeluaran yang tidak rutin.

"Kalau dana darurat belum mencukupi, kita perlu banget berhemat. Kurangi pengeluaran untuk shopping, nongkrong, paket langganan, atau hiburan lainnya. Bahkan, pengeluaran makan dan transportasi pun bisa kita hemat," tegas Tejasari.

Hai, Sahabat! Ancaman PHK memang bikin khawatir, tapi jangan panik dulu, ya. Dengan persiapan yang tepat, kita bisa lebih tenang menghadapinya. Yuk, simak 5 tips jitu berikut ini:

1. Hitung Pengeluaran Bulananmu Secara Detail - Catat semua pengeluaranmu, mulai dari yang rutin seperti bayar kontrakan, cicilan, hingga yang kecil-kecil seperti kopi atau jajan. Dengan begini, kamu tahu persis ke mana uangmu pergi.

Contohnya, buat catatan pengeluaran harian di aplikasi keuangan atau buku catatan. Di akhir bulan, rekap dan analisis pengeluaranmu.

2. Tetapkan Target Dana Darurat yang Realistis - Idealnya, dana daruratmu minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan. Tapi, sesuaikan juga dengan kondisi keuangan dan gaya hidupmu. Jika kamu punya tanggungan keluarga, tentu dana darurat yang dibutuhkan lebih besar.

Misalnya, jika pengeluaran bulananmu Rp 4 juta, targetkan dana darurat minimal Rp 12 juta.

3. Automatisasi Tabungan Dana Darurat - Supaya konsisten menabung, atur transfer otomatis dari rekening gajimu ke rekening khusus dana darurat setiap bulannya. Dengan begitu, kamu nggak perlu repot-repot ingat dan tergoda untuk menghabiskan uangnya.

Contohnya, atur transfer otomatis sebesar Rp 500 ribu setiap tanggal gajian ke rekening dana darurat.

4. Cari Penghasilan Tambahan (Side Hustle) - Jangan hanya bergantung pada satu sumber penghasilan. Manfaatkan keahlian dan hobimu untuk mencari penghasilan tambahan. Bisa dengan berjualan online, menjadi freelancer, atau memberikan les privat.

Misalnya, jika kamu jago masak, kamu bisa menjual makanan rumahan secara online atau membuka jasa catering kecil-kecilan.

5. Evaluasi dan Sesuaikan Anggaran Secara Berkala - Kondisi keuangan kita bisa berubah-ubah. Jadi, penting untuk mengevaluasi anggaranmu secara berkala dan menyesuaikannya jika ada perubahan. Misalnya, jika kamu mendapatkan kenaikan gaji, kamu bisa meningkatkan jumlah tabungan dana daruratmu.

Lakukan evaluasi anggaran setiap 3 bulan sekali untuk memastikan semuanya masih sesuai dengan targetmu.

Berapa idealnya dana darurat yang harus dimiliki, menurut pendapat Bapak Budi?

Menurut Bapak Budi, seorang pakar keuangan keluarga, idealnya dana darurat adalah 6-12 kali pengeluaran bulanan. "Ini memberikan rasa aman dan fleksibilitas jika terjadi hal-hal tak terduga seperti PHK atau masalah kesehatan," ujarnya.

Bagaimana cara memulai menabung dana darurat jika gaji pas-pasan, menurut Ibu Sinta?

Ibu Sinta, seorang financial coach, menyarankan untuk memulai dari nominal kecil. "Yang penting adalah konsistensi. Sisihkan sedikit demi sedikit, misalnya 5-10% dari gaji setiap bulan. Cari juga sumber penghasilan tambahan untuk mempercepat pengumpulan dana darurat," jelasnya.

Apakah dana darurat boleh digunakan untuk investasi, menurut Mas Andre?

Mas Andre, seorang investor muda, berpendapat bahwa dana darurat sebaiknya disimpan dalam instrumen yang likuid dan mudah dicairkan. "Hindari investasi berisiko tinggi. Dana darurat harus siap digunakan kapan saja jika dibutuhkan," katanya.

Bagaimana cara menekan pengeluaran agar bisa lebih banyak menabung, menurut Mbak Rina?

Mbak Rina, seorang budgeting enthusiast, menyarankan untuk membuat anggaran bulanan yang detail. "Identifikasi pengeluaran yang tidak perlu dan kurangi atau hilangkan. Manfaatkan promo dan diskon, serta masak sendiri di rumah untuk menghemat biaya makan," sarannya.

Apa saja yang harus dilakukan jika terkena PHK, menurut Pak Herman?

Menurut Pak Herman, seorang konsultan karir, langkah pertama adalah menenangkan diri. "Kemudian, manfaatkan pesangon yang didapatkan dengan bijak, segera cari pekerjaan baru, dan manfaatkan jaringan profesional yang dimiliki. Jangan lupa untuk terus meningkatkan skill agar lebih kompetitif di pasar kerja," pesannya.