Ketahui Penemuan Tak Terduga, TNI Temukan Harta Karun Emas Soekarno di Sukabumi, sebuah misteri akhirnya terungkap
Selasa, 20 Mei 2025 oleh journal
Terungkap! Kisah Penemuan Harta Karun Emas Soekarno di Sukabumi oleh TNI
Siapa sangka, di balik perjuangan kemerdekaan Indonesia, tersimpan sebuah cerita menarik tentang penemuan harta karun. Bukan cerita fiksi, melainkan kisah nyata yang melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di awal kemerdekaan. Mari kita telusuri bagaimana emas dan berlian yang dikaitkan dengan nama besar Soekarno ini ditemukan secara tak sengaja di Sukabumi.
Kisah ini bermula pada tahun 1946, setahun setelah proklamasi kemerdekaan. Saat itu, pasukan TNI bertugas mengamankan wilayah Cigombong, sebuah daerah perbatasan yang sebelumnya diduduki oleh tentara Jepang. Saat melakukan penggalian dan pengamanan wilayah, para prajurit tanpa sengaja menemukan sebuah peti berukuran besar.
Peti misterius ini kemudian diserahkan kepada komandan brigade TNI, Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang. "Kami pernah diserahkan sebuah peti yang mulanya kami kira obat-obatan. Petinya besar sekali. Waktu dibuka ternyata isinya kondom," kenang Kolonel Alex Evert Kawilarang dalam bukunya "A.E Kawilarang Untung Sang Merah Putih" (1988:86). Kejadian ini tentu saja mengejutkan para tentara.
Namun, semangat juang tak padam. Para tentara, bersama dengan warga sipil, berinisiatif melakukan penggalian di sekitar bekas markas Jepang. Harapannya, mereka bisa menemukan senjata untuk melawan pasukan Belanda yang masih berupaya menguasai kembali Indonesia. Sayangnya, upaya ini justru berujung pada penemuan bom yang kemudian meledak dan melukai beberapa anggota TNI.
Titik terang muncul ketika Sersan Mayor Sidik, seorang prajurit yang jujur, menemukan sebuah guci besar. Alih-alih menyembunyikannya untuk keuntungan pribadi, Sidik langsung menyerahkan guci tersebut kepada Kawilarang. Tindakan terpuji ini membuka jalan bagi penemuan yang lebih besar.
"Sersan Mayor Sidik bersama beberapa anggota polisi tentara dan rakyat menemukan sebuah guci besar. Setelah guci itu dibuka, mereka menemukan kaus kaki yang berisikan barang keras. Kaos kaki itu mereka buka satu persatu. Mereka kaget melihat isinya emas permata dan berlian yang sudah dicongkel-congkel gemerlapan," tulis Haji Priyatna Abdurrasyid dalam bukunya "Dari Cilampani ke New York" (2001:102). Penemuan ini tentu saja membuat heboh markas pasukan Kawilarang.
Kehadiran harta karun ini ternyata memicu ketertarikan berlebihan dari beberapa orang. Kawilarang, yang merasa kesal dengan situasi tersebut, mengambil tindakan tegas. Ia mengambil dua peti granat dan berkata, "Bapak-bapak mau berjuang lagi? ini untuk berjuang," sambil menyerahkan granat tersebut. Kawilarang berharap, dengan tindakan ini, orang-orang yang bernafsu pada harta karun itu akan mengurungkan niatnya.
Kawilarang sendiri tidak memiliki niat untuk memiliki harta tersebut. Ia bahkan mengirimkan surat kepada Residen Bogor, Moerdjani, untuk melaporkan penemuan ini. Kawilarang berpendapat bahwa harta tersebut seharusnya menjadi urusan pejabat Kementerian Dalam Negeri, seperti Residen yang berada di Bogor. Namun, respons Residen justru mengejutkan. Ia malah meminta Kawilarang untuk mengirimkan harta tersebut langsung ke Kementerian Dalam Negeri di pusat.
Demi keamanan, Kawilarang memerintahkan Letnan Godjali, didampingi beberapa tentara muda, untuk menyerahkan harta temuan Sidik dan rekan-rekannya ke pemerintah pusat RI yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta. Emas dan berlian tersebut tiba di Yogyakarta dalam keadaan utuh dan diserahkan kepada Mr. Sumarman, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri.
Menurut Majalah Ekspres (29/09/1972), nilai emas dan berlian tersebut mencapai hampir Rp 6 miliar. Rinciannya, harta karun itu terdiri dari 7 kg emas dan 4 kg berlian, yang diduga berasal dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor. Laporan dari tim menyebutkan bahwa harta karun tersebut kemudian diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta, yang pada saat itu dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Kisah penemuan harta karun ini menjadi bagian dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang penuh warna.
Kisah penemuan harta karun ini mengajarkan kita bahwa "harta karun" bisa ditemukan di mana saja, bahkan dalam situasi yang tak terduga. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan dan mengelola "harta karun" kita sendiri, baik secara materi maupun non-materi:
1. Jelajahi Peluang yang Tersembunyi - Jangan terpaku pada satu jalur saja. Cobalah untuk melihat peluang di sekitar Anda, bahkan di tempat-tempat yang mungkin terabaikan. Seperti para tentara yang menemukan harta karun saat mengamankan wilayah, kita juga bisa menemukan "harta karun" dengan menjelajahi hal-hal baru.
Contohnya, mengikuti pelatihan online, bergabung dengan komunitas baru, atau sekadar membaca buku dari genre yang belum pernah Anda coba.
2. Jujur dan Bertanggung Jawab - Seperti Sersan Mayor Sidik yang jujur menyerahkan guci berisi emas dan berlian, kejujuran dan tanggung jawab adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan mendapatkan kesempatan yang lebih besar.
Contohnya, melaporkan kesalahan yang Anda buat di tempat kerja, atau mengembalikan barang yang Anda temukan kepada pemiliknya.
3. Berani Mengambil Sikap Tegas - Kawilarang berani mengambil sikap tegas untuk melindungi harta karun dari orang-orang yang bernafsu. Dalam hidup, kita juga perlu berani mengambil sikap tegas untuk melindungi apa yang kita yakini benar, serta melindungi diri kita dari pengaruh negatif.
Contohnya, menolak ajakan teman untuk melakukan hal yang melanggar hukum, atau berani menyampaikan pendapat yang berbeda di forum diskusi.
4. Kelola "Harta Karun" dengan Bijak - Setelah menemukan "harta karun" (baik itu materi, pengetahuan, atau kesempatan), kelola dengan bijak. Jangan sampai "harta karun" tersebut justru membawa dampak negatif bagi diri kita atau orang lain.
Contohnya, jika Anda mendapatkan promosi di tempat kerja, gunakan kesempatan itu untuk mengembangkan diri dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perusahaan. Jika Anda memenangkan hadiah uang, sisihkan sebagian untuk investasi atau amal.
Apakah benar harta karun yang ditemukan oleh TNI itu benar-benar milik Soekarno, menurut Ibu Ratna?
Menurut Bapak Prof. Dr. Asvi Warman Adam, sejarawan terkemuka, "Klaim bahwa harta karun tersebut milik Soekarno masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Belum ada bukti otentik yang secara langsung mengaitkan harta tersebut dengan kepemilikan pribadi Soekarno. Namun, kemungkinan harta tersebut merupakan aset negara yang diamankan pada masa lalu tetap terbuka."
Bagaimana proses penyerahan harta karun dari TNI ke pemerintah pusat di Yogyakarta menurut Bapak Budi?
Menurut Bapak Letnan Jenderal (Purn) TNI Kiki Syahnakri, pengamat militer, "Proses penyerahan harta karun tersebut menunjukkan profesionalisme TNI pada masa itu. TNI bertindak sebagai pengaman dan fasilitator, menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah sipil untuk pengelolaan lebih lanjut. Hal ini mencerminkan komitmen TNI terhadap supremasi sipil."
Apa yang terjadi dengan harta karun tersebut setelah diserahkan ke BNI-46 menurut Nona Siti?
Menurut Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, "Setelah diserahkan ke BNI-46, harta karun tersebut dicatat sebagai aset negara. Penggunaannya tentu saja harus sesuai dengan mekanisme pengelolaan aset negara yang berlaku, dan diawasi secara ketat untuk memastikan manfaatnya bagi kepentingan rakyat."
Mengapa Residen Bogor menolak menerima harta karun tersebut menurut Mas Joko?
Menurut Bapak Dr. Reni Suwarso, ahli kebijakan publik, "Kemungkinan Residen Bogor menolak menerima harta karun tersebut karena pertimbangan kewenangan dan protokoler. Penemuan harta karun dalam skala besar mungkin dianggap sebagai isu yang lebih tepat ditangani oleh pemerintah pusat, khususnya Kementerian Dalam Negeri, mengingat implikasinya yang luas."