Toyota, Mazda hingga Honda Rugi Ratusan Triliun Gara,gara Tarif Trump Mengguncang Industri Otomotif

Senin, 5 Mei 2025 oleh journal

Toyota, Mazda hingga Honda Rugi Ratusan Triliun Gara,gara Tarif Trump Mengguncang Industri Otomotif

Kebijakan Tarif Trump Bikin Raksasa Otomotif Jepang Merugi Triliunan Rupiah

Raksasa otomotif Jepang seperti Toyota, Honda, dan Mazda diperkirakan merugi hingga ratusan triliun rupiah akibat kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Toyota sendiri diprediksi menanggung kerugian lebih dari 1 triliun yen, atau setara Rp113,5 triliun (kurs Rp113,59 per yen), menurut perhitungan Nikkei Asia.

Dampak kebijakan ini begitu besar, bahkan Menteri Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Jepang, Ryosei Akazawa, menggambarkan kerugian produsen mobil Jepang mencapai US$1 juta (Rp16,4 miliar) per jam, seperti dilansir Nikkei Asia. Industri otomotif, termasuk sektor pendukungnya, merupakan tulang punggung ekonomi Jepang. Ekspor kendaraan bermotor dan suku cadang mencapai 20 triliun yen (Rp2.260 triliun) per tahun, atau sekitar 20% dari total ekspor barang Jepang.

AS merupakan pasar utama bagi kendaraan Jepang, dengan Negeri Sakura mengekspor 1,37 juta unit ke AS, atau 30% dari total ekspor kendaraan bermotornya. Tarif 25% yang diterapkan Trump menjadi ancaman serius, bahkan Bank Jepang sampai menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari 1,1% menjadi 0,5%.

Pemerintah Jepang sangat memperhatikan ancaman ini. Negosiasi penurunan tarif untuk mobil Jepang menjadi prioritas dalam pembicaraan dengan AS. Perdana Menteri Jepang saat itu, Shigeru Ishiba, menginstruksikan jajarannya untuk terus melobi AS, meski mengakui masih ada perbedaan signifikan dalam posisi kedua negara.

Akazawa menambahkan, Jepang siap menawarkan pelonggaran tarif dan non-tarif untuk produk AS, tetapi dengan syarat tarif untuk mobil Jepang juga dipertimbangkan. "Kesepakatan tidak akan tercapai jika isu tarif mobil Jepang tidak dimasukkan dalam paket negosiasi," tegasnya.

Berikut beberapa tips untuk menghadapi ketidakstabilan pasar global, seperti yang dialami industri otomotif Jepang akibat kebijakan tarif:

1. Diversifikasi Pasar - Jangan terlalu bergantung pada satu pasar saja. Sebarkan risiko dengan mengekspor ke berbagai negara.

Contoh: Mencari pasar alternatif di Asia Tenggara atau Eropa.

2. Inovasi Produk - Terus berinovasi dan mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar global.

Contoh: Mengembangkan mobil listrik atau mobil otonom.

3. Efisiensi Produksi - Tingkatkan efisiensi produksi untuk mengurangi biaya dan tetap kompetitif.

Contoh: Mengoptimalkan rantai pasokan dan penggunaan teknologi.

4. Lobi dan Diplomasi - Lakukan lobi dan diplomasi dengan pemerintah negara tujuan ekspor untuk memperjuangkan kepentingan bisnis.

Contoh: Bernegosiasi untuk mendapatkan perlakuan tarif yang lebih adil.

5. Analisis Risiko - Lakukan analisis risiko secara berkala untuk mengantisipasi potensi dampak kebijakan perdagangan global.

Contoh: Memantau perkembangan kebijakan perdagangan internasional.

6. Kemitraan Strategis - Jalin kemitraan strategis dengan perusahaan lain untuk memperkuat posisi di pasar global.

Contoh: Melakukan kerjasama riset dan pengembangan dengan perusahaan teknologi.

Bagaimana dampak kebijakan tarif terhadap konsumen Indonesia, Bu Sri Mulyani?

(Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI): Kebijakan tarif dapat mempengaruhi harga mobil impor di Indonesia. Jika mobil Jepang menjadi lebih mahal, konsumen mungkin beralih ke merek lain atau menunda pembelian.

Apa strategi yang sebaiknya dilakukan produsen mobil dalam negeri, Pak Airlangga Hartarto?

(Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI): Produsen dalam negeri perlu meningkatkan daya saing dengan inovasi dan efisiensi produksi. Ini peluang untuk merebut pangsa pasar yang ditinggalkan oleh produk impor yang harganya naik.

Bagaimana pemerintah Indonesia menyikapi perang dagang seperti ini, Pak Joko Widodo?

(Joko Widodo, Presiden RI): Pemerintah Indonesia terus mendorong terciptanya perdagangan yang adil dan terbuka. Kami aktif berdiplomasi dan bernegosiasi dengan negara-negara mitra untuk menjaga stabilitas ekonomi global.

Apa dampak kebijakan ini terhadap industri komponen otomotif di Indonesia, Pak Agus Gumiwang?

(Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian RI): Industri komponen dalam negeri perlu meningkatkan kualitas dan daya saing agar bisa memenuhi kebutuhan produsen mobil, baik di dalam maupun luar negeri.

Bagaimana prediksi pasar otomotif kedepannya, Pak Rosan Roeslani?

(Rosan P. Roeslani, Ketua Umum Kadin Indonesia): Pasar otomotif global masih sangat dinamis. Perkembangan teknologi dan kebijakan perdagangan akan terus mempengaruhi tren pasar. Penting bagi pelaku industri untuk adaptif dan inovatif.