Makanan Asia Bakal Lenyap dari Supermarket AS Imbas Perang Tarif Trump, Benarkah Ancaman Ini?

Kamis, 24 April 2025 oleh journal

Makanan Asia Bakal Lenyap dari Supermarket AS Imbas Perang Tarif Trump, Benarkah Ancaman Ini?

Makanan Asia Terancam Langka di Supermarket AS Akibat Perang Dagang

Bayangkan rak-rak supermarket di AS yang biasanya penuh dengan aneka makanan Asia, tiba-tiba kosong melompong. Skenario ini mungkin bukan isapan jempol belaka. Perang dagang yang digagas Presiden Trump berpotensi membuat makanan Asia lenyap dari supermarket dan toko-toko di Amerika Serikat.

Para pengusaha supermarket dan toko kelontong sudah mulai mengeluh. Tarif impor 10 persen yang berlaku membuat harga makanan impor melonjak. Kenaikan ini diperkirakan akan semakin parah dengan adanya rencana penerapan tarif 145 persen untuk produk dari China.

"Kalau tarifnya tidak turun, dua bulan lagi mungkin barang-barang dari China akan hilang dari pasaran," keluh Wu, Manajer Supermarket Chang Jiang di Queens, New York, seperti dilansir CNN. Supermarket ini, yang biasanya dipenuhi sayuran segar, camilan rumput laut, dan berbagai produk impor lainnya dari China, terancam kehilangan pasokan.

Meskipun pabrik-pabrik di China belum menaikkan harga secara signifikan karena masih menghabiskan stok lama, kenaikan harga untuk stok baru tak terelakkan. Wu memperkirakan kenaikan harga makanan impor bisa mencapai 50 persen. Lebih parah lagi, beberapa pabrik bahkan berencana menghentikan pasokan ke AS sama sekali akibat tarif yang tinggi.

Wu, yang biasanya menerima 50-100 jenis barang dari pabrik-pabrik di China, kini hanya dijanjikan lima sampai sepuluh jenis saja. Ia pun mulai mencari alternatif pasokan dari Taiwan dan negara lain. Namun, ia pesimis dan menyebut dampak perang dagang ini "tak terbayangkan" jika Trump tidak mengubah kebijakannya.

Dampak perang dagang ini tak hanya dirasakan oleh Chang Jiang. Komunitas imigran di AS, yang sangat bergantung pada toko-toko yang menjual makanan dari negara asal mereka, juga terancam. H Mart, jaringan supermarket Korea Selatan dengan 100 gerai di AS, Patel Bros, toko makanan India yang telah berdiri sejak tahun 1970-an, dan 99 Ranch Market, supermarket Asia lainnya, juga merasakan dampaknya.

Wing Hop Fung, toko di Arcadia, California, yang menjual teh impor, rempah-rempah China, dan berbagai produk Asia lainnya, juga ikut merasakan dampaknya. "China adalah mitra dagang terbesar kami. Kenaikan tarif ini merupakan ancaman serius bagi usaha kecil seperti kami," ungkap Lan Ong, anak pendiri Wing Hop Fung.

Konsumen Jadi Korban

Ironisnya, di tengah meningkatnya permintaan bahan makanan khas berbagai negara di AS, perang dagang ini justru mengancam ketersediaan dan membuat harganya melonjak. Riset Fortune Business Insight menunjukkan bahwa pasar bahan makanan khas di AS terus berkembang dan diprediksi akan mencapai US$153,2 miliar pada 2032.

Phil Lampert, Redaktur publikasi perdagangan Supermarket Guru, menilai pertumbuhan pasar ini didorong oleh semakin meluasnya selera masyarakat Amerika terhadap masakan Asia dan Timur Tengah. "Internet telah membuka mata kita terhadap kuliner dari seluruh dunia," ujarnya. Namun, ia khawatir konsumenlah yang akan menjadi korban utama perang dagang ini, harus menghadapi kelangkaan dan lonjakan harga makanan.

Di Supermarket Chang Jiang, Wu sudah mulai memperingatkan pelanggannya untuk berbelanja selagi harga masih terjangkau. "Saya sarankan semua orang untuk berbelanja sekarang, mumpung harganya masih normal. Karena harganya pasti akan meroket nantinya," pesannya.

Berikut beberapa tips untuk berbelanja cerdas di tengah ancaman kenaikan harga makanan impor:

1. Buat Daftar Belanjaan - Dengan membuat daftar belanjaan, Anda bisa fokus pada kebutuhan dan menghindari pembelian impulsif yang bisa menguras dompet. Misalnya, jika Anda hanya butuh kecap asin, minyak wijen, dan mie, tuliskan hanya itu di daftar belanjaan Anda.

2. Bandingkan Harga - Jangan terburu-buru membeli. Bandingkan harga di beberapa toko, baik online maupun offline, untuk mendapatkan penawaran terbaik. Cek harga kecap asin di supermarket A, supermarket B, dan toko online.

3. Cari Produk Alternatif Lokal - Coba cari produk alternatif lokal yang mungkin lebih terjangkau. Misalnya, jika harga tahu impor naik, coba cari tahu lokal yang mungkin harganya lebih stabil.

4. Manfaatkan Promo dan Diskon - Perhatikan promo dan diskon yang ditawarkan oleh supermarket atau toko online. Banyak supermarket menawarkan diskon khusus di hari-hari tertentu.

5. Beli dalam Jumlah Besar (Jika memungkinkan) - Untuk barang-barang yang tahan lama dan sering digunakan, pertimbangkan untuk membelinya dalam jumlah besar jika ada diskon. Misalnya, beras.

6. Simpan Bahan Makanan dengan Benar - Pastikan Anda menyimpan bahan makanan dengan benar agar tahan lama dan tidak terbuang percuma. Simpan sayuran di kulkas dan bahan makanan kering di tempat yang sejuk dan kering.

Bagaimana dampak perang dagang terhadap konsumen di Amerika Serikat, Bu Sri Mulyani?

(Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI): Perang dagang dapat menyebabkan kenaikan harga barang impor, termasuk makanan. Hal ini tentu akan memberatkan konsumen, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Selain itu, ketersediaan barang impor juga bisa terganggu.

Apakah ada solusi alternatif selain mengimpor bahan makanan dari China, Pak Chef Arnold?

(Chef Arnold Poernomo): Tentu saja. Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Kita bisa mengembangkan dan mempromosikan produk lokal sebagai alternatif pengganti bahan makanan impor. Ini juga bisa menjadi peluang bagi petani dan produsen lokal.

Apa saran Bapak Nadiem Makarim untuk para pengusaha ritel yang terdampak perang dagang ini?

(Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI): Para pengusaha ritel perlu beradaptasi dengan cepat. Eksplorasi pasar domestik, diversifikasi produk, dan pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran dan efisiensi operasional menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang di tengah tantangan ini.

Bagaimana prediksi Ibu Rosan Roeslani terhadap pasar makanan Asia di AS ke depannya, jika perang dagang terus berlanjut?

(Rosan Roeslani, Ketua KADIN Indonesia): Jika perang dagang terus berlanjut, pasar makanan Asia di AS akan menghadapi tantangan yang signifikan. Harga akan naik dan ketersediaan barang akan berkurang. Hal ini bisa berdampak negatif pada bisnis ritel dan konsumen.